2. Senyawa Kompleks
2.1.Sejarah Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks pertama kali ditemukan oleh Tassert (1798), yaitu
CoCl3.6NH3. Senyawa tersebut dianggap aneh karena terbentuk oleh 2 senyawa
stabil yang masing-masing valensinya sudah jenuh. Hal ini baru bisa
dipahami setelah waktu berlalu sekitar 100 tahun. Selama waktu tersebut banyak
senyawa kompleks telah dibuat dan dikaji sifat-sifatnya.
Senyawa-senyawa kompleks telah diketahui - walaupun saat itu belum
sepenuhnya dimengerti - sejak awal ilmu kimia, misalnya Prussian blue dan Tembaga (II) sulfat. Terobosan penting
terjadi saat kimiawanJermanAlfred
Werner,
mengusulkan bahwa ion kobalt(III) memiliki enam
ligan dalam struktur geometri oktahedral. Dengan teori ini, para
ilmuwan dapat mengerti perbedaan antara klorida koordinasi dan klorida ionik
pada berbagai isomer-isomer kobalt amina
klorida, dan menjelaskan kenapa senyawa ini memiliki banyak isomer, yang
sebelumnya tidak dapat dijelaskan. Werner juga menggolongkan senyawa kompleks
ini kepada beberapa isomer optis, mematahkan teori bahwa
hanya senyawa karbon yang memiliki
sifat khiralitas.
2.2 PENGERTIAN
A. SENYAWA KOMPLEKS
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam pusat dengan
satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion
logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan
ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi
(Cotton dan Wilkinson.1984 ). Jadi semua senyawa kompleks atau
senyawa koordinasi
adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen
koordinasi antara logam
transisi dengan satu atau lebih ligan (Sukardjo,1999).
Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis
dimana asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan
bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang
pasangan elektron. (Shriver, D.F dkk. 1940 ).
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion
kompleks adalah
kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang
terdiri atas sebuah logam
atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat.
Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkan
ligan bisa bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa
kompleks yaitu : ( Prakash,S dkk, 2000 )
- [Co3+,(NH3)6]3+ - [Ni0(CN)4]4-
- [Fe2+,(CN)6]4- - [Co+,(CO)4]3
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan
untuk membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam
transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron
pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion
kompleks
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat
dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion
logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang
mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion
pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur
transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron
bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan
4d pada ion pusat. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu
ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan
elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan
kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa
kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks
memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam. Mulai dari
bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral,
segiempat planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral. Namun kenyataan
menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak dijumpai adalah enam dengan
struktur pada umumnya oktahedral.
Dalam pelaksanaan analisis anorganik
kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan senyawa
kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat
dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat
ini ditandai oleh bilangan koordinasi yaitu angka bulat yang menunjukan jumlah
ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengn satu atom
pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6, (seperti dalam
kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+,Cd2+) kadang-kadang 4(Cu2+, Cu+,
Pt2+), tetapi bilangan 2 (Ag+)dan 8 (beberapa iondari golongan platinum) juga
terdapat.
Ion bebas tidak
terdapat di dalam larutan yang encer, sehingga semua ion terlarut dan
kemungkinan semua molekul terlarut senantiasa dikelilingi oleh molekul
air. Ion-ion juga saling berinteraksi sepanjang jarak-jarak tertentu.
Konsep aktivitas (activity) berkaitan dengan interaksi elektrostatik
jarak jauh (long-range electrostatic atau >5Å) antar ion-ion, sedangkan interaksi
ion-ion dalam jarak pendek (short-range
electrostatic)
disebut sebagai ion kompleks atau pasangan ion (<5Å).
Ion dan molekul yang
berinteraksi dalam jarak pendek akan membentuk ikatan dan kehilangan
masing-masing identitasnya dengan membentuk kompleks ion atau ion pasangan.
Sebagai contoh: ion Fe(H2O)63+ dan Al(H2O)63+ , molekul air terikat secara kuat pada ion
pusatnya dan karakteristik kimianya berubah, yaitu jauh lebih mudah melepas H+ daripada tanpa Fe3+ dan
Al3+ sebagai pusation.
Ion kompleks biasanya
didefinisikan sebagai kombinasi antara kation pusat dengan satu atau lebih
ligan.
2.3 PEMBAGIAN SENYAWA KOMPLEKS
A. Atom pusat
a. Atom pusat
Atom pusat merupakan
atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah)
sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam Lewis,
Umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Atom pusat merupakan atom
unsur transisi yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan karena
ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat
menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau
anion tertentu membentuk ion kompleks. Pasangan elektron bebas dari ligan
menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d atom pusat
B. LIGAN
a. Pengertian ligan
Ligan adalah suatu ion atau molekul yang
memiliki sepasang elektron atau lebih yang dapat disumbangkan. Ligan merupakan
basa lewis yang dapat terkoordinasi pada ion logam atau sebagai asam lewis
membentuk senyawa kompleks. Ligan dapat berupa anion atau molekul netral (
Cotton dan Wilkinson, 1984 ). Jika suatu logam transisi berikatan secara
kovalen koordinasi dengan satu atau lebih ligan maka akan membentuk suatu
senyawa kompleks, dimana logam transisi tersebut berfungsi sebagai atom pusat.
Logam transisi memiliki orbital d yang belum terisi penuh yang
bersifat asam lewis yang dapat menerima pasangan elektron bebas yang bersifat
basa lewis. Ligan pada senyawa kompleks dikelompokkan berdasarkan jumlah
elektron yang dapat disumbangkan pada atom logam.
b.Pembagian
Ligan
Berdasarkan jumlah atom donor yang dimilikinya,
ligan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Ligan Monodentat
adalah ligan yang terkoordinasi ke atom logam melalui
satu atom saja. Misalnya F-, Cl-, H2O dan CO (Jolly, 1991 ). Kebanyakan ligan adalah anion
atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa ligan monodentat
yang umum adalah F-,Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-
2. Ligan Bidentat
Jika ligan tersebut
terkoordinasi pada logam melalui dua atom disebut ligan bidentat. Ligan ini
terkenal diantara ligan polidentat. Ligan bidentat yang netral termasuk
diantaranya anion diamin, difosfin, dieter.
3. Ligan Polidentat
Ligan yang mengandung dua
atau lebih atom, yang masing masing serempak membentuk ikatan dua donor
elektron kepada ion logam yang sama. Ligan ini sering disebut ligan kelat
karena ligan ini tampak nya mencengkeram kation di antara dua atau lebih atom
donor. Contohnya adalah bis-difenilfosfina-etana(I) (Cotton dan Wilkinson, 1984
).
c.Tatanama
Ligan
1. Tatanama
Ligan netra
Tatanama ligan netral
adalah seperti nama senyawanya kecuali untuk beberapa ligan seperti yang
tertera pada Tabel.
Ligan
|
Nama senyawa
|
Nama ligan
|
MeCN
|
Asetonitril
|
Asetonitril
|
En
|
Etilenadiamina atau 1,2-diaminoetana
|
Etilenadiamina
|
Py
|
Piridina
|
Piridina
|
AsPh3
|
Trifenillarsina
|
trifenillarsina
|
Phen
|
1,10-fenantrolina atau o-fenantrolina
|
1,10-fenantrolina
|
Perkecualian
|
|
|
H2O
|
Air
|
Aqua
|
NH3
|
Amonia
|
Amina atau azana
|
H2S
|
Hidrogen sulfida
|
Sulfan
|
H2Te
|
Hidrogen telurida
|
Telan
|
CO
|
Karbon monooksida
|
Karbonil
|
CS
|
Karbon monosulfida
|
Tiokarbonil
|
NO
|
Nitrogen monooksida
|
Nitrosil
|
NO2
|
Nitrogen monooksida
|
Nitril
|
NS
|
Nitrogen monosulfida
|
Tionitrosil
|
SO
|
Nitrogen monoksida
|
Sulfinil atau tionil
|
SO2
|
Belerang dioksida
|
Sulfonil atau sulfulir
|
Rumus kimia
|
Nama ion
|
Nama ligan
|
NH2
|
Amida
|
Amido
|
NH2‾
|
Imida
|
Imido
|
N3‾
|
Nitrida
|
Nitrido
|
N3‾
|
Azida
|
Azido
|
S2‾
|
Sulfida
|
Sulfido
|
O3‾
|
Ozonida
|
Ozonido
|
Perkecualian
|
|
|
F‾
|
Fluorida
|
Fluoro
|
Cl‾
|
Klorida
|
Kloro
|
Br‾
|
Bromida
|
Bromo
|
I‾
|
Iodida
|
Iodo
|
O2‾
|
Oksida
|
Okso atau oksido
|
O22‾
|
Peroksida
|
Perokso
|
Te2‾
|
Telurida
|
Telurokso atau telurido
|
S2‾
|
Sulfida
|
Tio, tiokso atau sulfido
|
H‾
|
Hidrida
|
Hidro atau hidrido
|
SH‾
|
Hidrogen sulfida
|
Merkapto atau sulfanido
|
RO‾
|
Alkoksida
|
Alkoksi
|
C6H5O‾
|
Fenoksida
|
Fenoksi
|
CN‾
|
Sianida
|
Siano
|
Rumus kimia
|
Nama ion
|
Nama ligan
|
ONO‾
|
Nitrit
|
Nitrito
|
NO2‾
|
Nitrit
|
Nitro
|
ONO2‾
|
Nitrat
|
Nitrato
|
OSO22‾
|
Sulfit
|
Sulfito
|
OSO32‾
|
Sulfat
|
Sulfato
|
OCN‾
|
Sianat
|
Sianato
|
SCN‾
|
Tiosianat
|
Tiosianato
|
CO32‾
|
Kabonat
|
Karbonato
|
Bilangan
Koordinasi
|
Bentuk
Ion Kompleks
|
2
|
Linear
|
4
|
Tetrahedral
atau Square Planar
|
6
|
Oktahedral
|
[Co(NH3)3(NO2)3]
|
:
|
triaminatrinotrokobaltt(III)
|
[Ni(CO)4]
|
:
|
Tetrakarbonilnikel
|
[Fe(CO)5]
|
:
|
Pentakarbonilbesi
|
[Fe(CO)2(NO)2]
|
:
|
Dikarbonildinitrosilbesi
|
[Co(CO)3(NO)]
|
:
|
Trikarbonilnitrosilkobalt
|
Kompleks
|
Spesi yang ada
|
Nama
|
[Cu(NH3)4]2+
|
Cu2+ dan 4NH3
|
ion tetraaminatembaga(II), atau Ion
tetraaminatembaga(2+)
|
[Co(NH3)4Cl2]+
|
Co3+, 4NH3, dan 2Cl‾
|
ion tetraaminadiklorokobalt(II) atau ion
tetraaminadiklorokobalt(1+)
|
[Pt(NH3)4]2+
|
Pt2+, dan 4NH3
|
ion tetraaminaplatina(II) atau
iontetraaminaplatina(2+)
|
[Ru(NH3)5(NO2)]+
|
Ru2+, 5NH3, dan NO2‾
|
ion pentaaminanitrorutenium(II) atau ion pentaaminanitrorutenium(1+)
|
Kompleks
|
Spesi yang ada
|
Nama
|
[PtCl4]2‾
|
Pt2+ dan 4Cl‾
|
Ion tetrakloroplatinat(I) atau ion
tetrakloroplatinat(2-)
|
[Ni(CN)4]2‾
|
Ni2+ dan 4CN‾
|
Ion tetrasianonikelat(II) atau ion
tetrasianonikelat(2-)
|
[Co(CN)6]3‾
|
Co3+ dan 6CN‾
|
Ion heksasianokobaltat(III) atau ion
heksasianokobaltat(3-)
|
[CrF6]3‾
|
Cr3+ dan 6F‾
|
Ion heksafluorokromat(III) atau ion
heksasianofluorokromat(3-)
|
[MgBr4]2‾
|
Mg2+ dan 4Br‾
|
Ion tetrabromomagnesat(II) atau Ion
tetrabromomagnesat(2-)
|
K3[Fe(CN)6]3‾
|
:
|
Kalium heksasianoferat(III) atau kalium
heksasianoferat(3-)
|
K4[Fe(CN)6]
|
:
|
Kalium heksasianoferat(II) atau kalium
heksasianoferat(4-)
|
[CoN3(NH3)5]SO4
|
:
|
Pentaaminaazidokobalt(III) sulfat atau
Pentaaminaazidokobalt(2+) sulfat
|
[Cu(NH3)4]SO4
|
:
|
Pentaaminatembaga(II) sulfat atau
Pentaaminatembaga(2+) sulfat
|
[Cu(NH3)4] [PtCl4]
|
:
|
Tetraaminatembaga(II) tetrakloroplatinat(II) atau
tetraamina tembaga(2+) tetrakloroplatinat(2-)
|
[Co(NH3)6] [Cr(CN)6]
|
:
|
Heksaaminakobalt(III) heksasianokromat(III) atau
heksasianokobalt(3+) heksasianokromat(3-)
|
Ion kompleks
|
Atom pusat
|
b.o atom pusat
|
[Co(NH3)6]3+
|
Co3+
|
+3
|
[Co(CN)6]3‾
|
Co3+
|
+3
|
[Cu(NH3)4]2+
|
Cu2+
|
+2
|
[Fe(CN)6]3‾
|
Fe3+
|
+3
|
[Pd(NH3)4]2+
|
Pd2+
|
+2
|
[PtCl4]2‾
|
Pt2+
|
+2
|
Kompleks
|
b.o atom pusat
|
Kompleks
|
b.o atom pusat
|
[V(CO)6]
|
0
|
[V(CO)6] ‾
|
-1
|
[Cr(CO)6]
|
0
|
[Cr(CO)5]2‾
|
-2
|
[Fe(CO)5]
|
0
|
[Mn(CO)5] ‾
|
-1
|
[Co(Cp)2]
|
0
|
[Fe(CO)4]2‾
|
-2
|
[Ni(CO)4]
|
0
|
[Re(CO)4]3‾
|
-3
|
- Garam Kompleks
Berdasarkan mekanismenya reaksi
substitusi dapat dibedakan menjadi :
- SN1 (lim)
- SN1
- SN2
- SN2 (lim)
- SN1 (lim) : substitusi
nukleofilik orde-1 ekstrim
Contoh :
[Co(CN-)5(H2O)]2- +
Y- ↔ [Co(CN-)5(Y-)]2- +
H2O
Diperoleh data harga k untuk berbagai ligan pengganti (Y-) sebagai
berikut :
ligan pengganti (Y-)
|
k (detik-1)
|
Br- I-
SCN-
N3-
H2O-
|
1,6 . 10-3 1,6 .
10-3
1,6 . 10-3
1,6 . 10-3
1,6 . 10-3
|
[Co(CN-)5(H2O)]2- ↔
[Co(CN-)5]2- +
H2O
(lambat)
[Co(CN-)5]2- + Y- ↔
[Co(CN-)5(Y-)]2- (cepat)
Persamaan laju reaksi : r = k ([Co(CN-)5(H2O)]2-)
- SN1 : substitusi nukleofilik
orde-1
ligan pengganti (Y-)
|
K
|
[Ni(H2O)6]2+
|
[Co(H2O)6]2+
|
SO42- Glisin
Diglisin
imidazol
|
1,5 0,9
1,2
1,6
|
2 2,6
2,6
4,4
|
- SN2 : substitusi nukleofilik
orde-2
- SN2-lim : substitusi
nukleofilik orde-2 ekstrim
[PtCl4]2- + X- ↔
[PtCl3X-]2- + Cl-
Mekanisme :
[PtCl4]2- + X- ↔
[PtCl4X-]2- (lambat)
[PtCl4X-]2- ↔
[PtCl3X-]2- +
Cl- (cepat)
Persamaan laju reaksi : r = k ([PtCl4]2-)2(X-)
Untuk reaksi SN2 (lim) tersebut dapat disusun urutan laju reaksi untuk bebagai
ligan pengganti (Y-), dimana perbandingan laju reaksi bilamana
digunakan ligan PR3 : OR- = 107 :
1
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) adalah reaksi dimana terjadi perubahan
btlangan oksidasi pada ion-ion pusatya. Berdasarkan mekanismenya dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu mekanisme bola dalam (inner sphere mechanism) dan
mekanisme bola luar (outer sphere mechanism).
a. Mekanisme bola dalam (inner sphere mechanism)
Contoh :
[Co(NH3)5Cl]2+ + [Cr(H2O)6]2+ +
5H3O+ ↔ [Co(H2O)6]2+ +
[CrCl(H2O)5]2+ + 5NH4+
Dalam reaksi tersebut tejadi perpindahan elektron dari Cr(II) ke Co(III)
disertai dengan perpindahan ligan Cl- dari Co(III)
ke Cr(II). Jika dalam reaksi digunakan [Co(NH3)5*Cl]2+ dan
juga ditambahkan Cl- ke dalam larutan tenyata yang dihasilkan
adalah [Cr*Cl(H2O)5]2+ dan
bukan [CrCl(H2O)5]2+ , artinya Cl- yang
terikat pada Cr adalah Cl- yang semula terikat oleh Co. Untuk
menjelaskan hal itu, H.Taube mengusulkan bahwa kompleks teraktivasi merupakan
kompleks dimana ligan yang akan berpindah menjembatani dua ion pusat reaktan,
yaitu [(NH3)5Co-Cl-Cr(H2O)5]4+.
Jadi Cl berfungsi sebagai “kabel” untuk perpindahan elektron dari Cr(II) ke
Co(III) sehingga masing-masing berubah menjadi Cr(III) ke Co(II). Setelah
terjadi perpindahan elektron jari-jari Cr mengecil (karena muatan positif bertambah),
sebaliknya Co membesar (karena muatan positif berkurang). Akibatnya daya
tarik Cr(III) terhadap ligan Cl- lebih besar dibanding
daya tarik Co(II) terhadap ligan Cl- dan setelah ikatan
putus Cl- terikat oleh Cr(III).
Mekanisme :
[Co(NH3)5Cl]2+ + [Cr(H2O)6]2+ ↔
[(NH3)5Co-Cl-Cr(H2O)5]4+ +
H2O
[(NH3)5Co-Cl- Cr(H2O)5]4+ ↔
[(NH3)5Co]2+ +
[Cl-Cr(H2O)5]2+
[(NH3)5Co]2+ +
5H3O+ + H2O
↔ [Co(H2O)6]2+ +
5NH4+
Fakta lain yang mendukung usulan Taube tersebut adalah bahwa jika digunakan
ligan yang lebih konduktif (lebih polar atau memiliki ikatan rangkap,
ternyata reaksi berlangsung lebih cepat :
VI- > VBr- >
VCl-
V-CH=CH-CH-COO- > V-CH2-CH2-CH2-COO-
[*Fe(CN)6]4- + [Fe(CN)6]3- →
[*Fe(CN)6]3- +
[Fe(CN)6]4-
Karena kedua kompleks bersifat innert, maka pelepasan berlangsung lambat.
Adapun elektron, dapat berpindah dengan sangat cepat (jauh lebih cepat dari
perpindahan ligan) ; oleh karena itu tidak mugkin terjadi kompleks teraktivasi
jembatan ligan. Dalam hal ini akan ditinjau 2 kemungkinan mekanisme :
- Kedua kompleks saling mendekat
kemudian diikuti oleh perpindahan elektron dari Fe(III) ke *Fe(II).
Jika hal ini terjadi maka akan tejadi kompleks *Fe(II)
dengan ikatan logam-ligan yang perlalu pendek, dan kompleks Fe(III) dengan
ikatan logam-ligan yang perlalu panjang. Kedua produk tersebut memiliki
tingkat energi yang tinggi (tak stabil), sehinga diduga tidak tejadi.
- Kedua kompleks terlebih dahulu
membentuk ompleks yangh simetris. Ikatan logam-ligan pada *Fe(II)
agak mengkerut sedang pada Fe(III) agak mulur. Hal ini
juga memerlukan energi tetapi relatif sedikit. Setelah kedua kompleks
bergeometri sama (keadaan teaktivasi elektron berrpindah dari Fe(III)
ke *Fe(II) melalui ligan-ligan kedua kompleks yang saling
berdekatan. Dugaan ini didukung oleh fakta bahwa jika perbedaan panjang
ikatan logam-ligan dalam kedua kompleks semakin besar tenyata ternyata
reaksi berlangsung semakin lambat.
Pereaksi
|
K (pada suhu 25 oC)
|
[*Mn(CN)6]4- +
[Fe(CN)6]4- [*Fe(CN)6]3- +
[Fe(CN)6]4-
[*Co(NH3)6]2+ +
[Co(NH3)6]3+
|
> 106 mol detik-1 ≈
105 mol detik-1
≈ 104 mol detik-1
|
Cl
Cl
Cl
Cl
Cl
Cl
Cl
Cl
NH3 Cl
NH3 NH3
Cis
- Pada penambahan kedua, karena Cl memiliki pengaruh trans lebih kuat
dibanding NH3 maka salah satu ligan (selain NH3)
yang berada pada posisi trans terhadap Cl digantikan oleh NH3 ,
sehingga diperoleh kompleks cis.
NH3 NH3 Cl
NH3 Cl
NH3
Trans
- Pada penambahan kedua, karena Cl memiliki pengaruh trans lebih
kuat dibanding NH3 maka salah satu ligan yang berada pada
posisi trans terhadap Cl digantikan oleh NH3, sehingga diperoleh
kompleks trans
WARNA
|
WARNA KOMPLEMEN
|
Hijau kekuningan Hijau
Biru kehijauan
Hijau kebiruan
Biru
Biru keunguan
|
Ungu kebiruan Ungu kemerahan
Merah
Oranye
Kuning keoranyean
Kuning
|
2. Tatanama
Ligan bermuatan negatif
Ligan negatif dapat berupa :
1. Ion
sisa asam.
Ion
sisa asam namanya dapat berakhiran –da, -it atau –at, misalnya klorida (Cl‾),
nitrit (NO2‾) dan nitrat (NO3‾).
2. Ion
bukan sisa asam.
Ion
bukan sisa asam namanya biasanya berakhiran –da, misalnya nitrida (N3‾)
dan ozonida.
Jika berlaku sebagai
ligan baik ion sisa asam maupun ion bukan sisa asam yang berakhiran –da,
diganti dengan akhiran –do, kecuali untuk beberapa ligan yang
tertera pada Tabel.
Sedangkan untuk ion sisa asam yang
berakhiran -it atau -at jika sebagai ligan
akhirannya ditambah dengan akhiran –o, seperti yang tertera pada
Tabel.
Ligan bermuatan positif
sangat jarang dijumpai pada senyawa kompleks oleh sebab itu tidak dibahas pada
bagian ini. Salah satu ligan yang bermuatan positif adalah H2N-CH2-NH3+.
Dalam menulis ligan pada
senyawa koordinasi biasanya atom donor selalu ditulis didepan, kecuali H2O,
H2S dan H2Te. Misalnya untuk ion nitrit (NO2‾),
jika N sebagai atom donor maka penulisan ligannya adalah NO2‾
sedangkan apabila O yang bertindak sebagai atom donor maka penulisan ligannya
adalah ONO‾.
Urutan Penyebutan Ligan:
1. Apabila
di dalam senyawa kompleks terdapat lebih dari satu ligan maka urutan
penyebutan ligan adalah secara alfabetis tanpa memperhatikan jumlah dan muatan
ligan yang ada. Pada aturan lama ligan yang disebut terlebih dahulu
adalah ligan yang bermuatan negatif secara alfabet kemudian diikuti dengan
ligan netral yang disebut secara alfabet pula.
2. Urutan
penyebutan ligan adalah urutan berdasarkan alfabet pada nama ligan yang telah
di Indonesiakan. Misalnya alfabet awal untuk Cl‾ adalah k meskipun dalam bahasa
inggris nama chloro dengan alfabet awal c. Sebagai contoh nama
untuk senyawa kompleks [Co(en)2Cl2]+ adalah Ion bis
(etilenadiamina)diklorokobalt(III) (benar), Diklorobis
(etilenadiamina)kobalt(III) (salah).
3. Jumlah
ligan yang ada dapat dinayatakan dengan awalan di, tri. Tetra dan seterusnya.
tetapi apabila awalan-awalan tersebut telah digunakan untuk menyebut jumlah
substituen yang ada pada ligan maka jumlah ligan yang ada dinyatakan dengan
awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. misalnya di dalam suatu
senyawa kompleks terdapat dua ligan PPh3 maka disebut dengan
bis(trifenilfosfina) bukan di(trifenilfosfina).
4. Ligan-ligan
yang terdiri dari dua atom atau lebih ditulis dalam tanda kurung.
C. BILANGAN KOORDINASI
Kompleks atau senyawa
koordinasi merujuk pada molekul atau entitas yang terbentuk dari
penggabungan ligan dan ionlogam. Dulunya, sebuah
kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul,atom, atau ion melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah
berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak di
antara mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat.
Ikatan dalam senyawa
kompleks, misalnya Ikatan antara Ag+ dengan N pada [Ag(NH3)2]+ adalah
ikatan kovalen, hanya sepasang electron yang dipakai bersama dari atom N.
Ikatan semacam ini disebut ikatan koordinat kovalen. Ion Ag bersifat akseptor
electron sedangkan N disebut donor electron. Donor electron biasanya atom N, O,
Cl.
Bilangan
koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation
logam transisi. Besarnya bilangan koordinasi biasanya berkisar pada 2, 4, 6,
dan 8. Umumnya 4 atau 6. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada
ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan
koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah
empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah
enam. Selain pada contoh di atas juga dapat dilihat dibawah ini.
Bilangan koordinat 4
dijumpai pada ion:
Be2+, Zn2+,
Cd2+, Hg2+, Pt2+, Pd2+, B3+,
dan Al3+
Bilangan koordinat 6
dijumpai pada ion:
Fe2+, Co2+,
Ni2+, Al3+, Co3+, Fe3+, Cr3+,
Tr3+, Sn4+, Pb4+, Pt4+, dan Tr4+
Bentuk ion
kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis kation
logam transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat ditentukan
melalui bilangan koordinasi. Hubungan antara bilangan
koordinasi terhadap bentuk ion kompleks dapat dilihat pada tabel
berikut :
D. Atom atau Gugus lain
Atom atau gugus lain
adalah atom atau gugus yang ada pada senyawa kompleks, atom atau gugus itu
dapat berupa kation dan anion.
Contoh senyawa kompleks
:
[Cu(H2O)4]SO4
A
B
C D
Keterangan :
A = Atom pusat
B= Ligan
C= Bilangan Koordinasi
D= Atom lain/gugus lain
Ikatan antar ion pusat
adalah ikatan koordinasi, dimana ligan bertindak sebagai basa lewis (donor)
pasangan electron dan ion pusat bertindak sebagai asam lewis (akseptor)
pasangan electron.
2.4 TATA NAMA SENYAWA KOMPLEKS
A.
Tatanama Senyawa Kompleks Netral
1) Nama senyawa kompleks netral ditulis
dalam satu kata.
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah
ligan
3) Menulis atau menyebut nama atom pusat
serta bilangan oksidasi dari atom pusatyang ditulis dengan anggka Romawi. Dan
bilangan oksidasi atom pusat yang harganya nol tidak perlu dituliskan.
Contoh:
Keterangan: triaminatrinotrokobaltt(III)
merupakan kompleks dengan biloks = 0, selain itu merupakan kompleks dengan
biloks 1.
B. Senyawa
Kompleks Ionik
Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion
kompleks
penamaannya adalah sebagai berikut:
1) Diawali dengan menulis atau menyebut
kata ion
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah
ligan yang dimiliki
3) Menulis atau menyebut nama atom pusat
diikuti bilangan oksidasi yang ditulis dalam anggka Romawi.
Selain cara di atas penamaan dapat
dilakukan dengan cara berikut:
1) Diawali dengan menulis atau menyebut
kata ion
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah
ligan yang dimiliki
3) Menulis atau menyebut nama serta muatan
dari ion kompleks yang ditulis dengan anggka Arab.
Contoh
Senyawa kompleks ionic, anion sebagai ion
kompleks penamaannya
adalah sebagai berikut :
1) Diawali dengan menulis atau menyebut
kata ion
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah
ligan yang dimiliki
3) Menulis atau menyebut nama atom pusat
dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau ium diganti –at kemudian diikuti
bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka Romawi.
Selain cara di atas penamaan dapat
dilakukan dengan cara berikut :
1) Diawali dengan menulis atau menyebut
kata ion
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah
ligan yang dimiliki
3) Menulis atau menyebut nama atom pusat
dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau ium diganti –at kemudian diikuti
muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.
Contoh
Senyawa kompleks ionik kation dan anion
sebagai ion kompleks penamaannya adalah menulis atau
menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti
bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka Romawi atau menulis atau
menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti
muatan ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.
Contoh
2.5 PEMBUATAN SENYAWA KOMPLEKS
Apakah
senyawa kompleks hanya dapat dibuat dari unsur transisi?
Pada awal perkembangan
senyawa-senyawa kompleks atau senyawa koordinasi umumnya dibuat dari
unsur-unsur transisi sebagai atom pusat. Disamping itu, senyawa yang dibentuk
dari logam transisi selalu memiliki bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi
positif.
Namun kini senyawa
kompleks atau senyawa koordinasi atom pusatnya tidak harus dari unsur transisi.
logam alkali, alkali tanah dan logam utama lainnya dapat digunakan sebagai atom
pusat untuk mensintesis senyawa komplek atau senyawa koordinasi. Misalnya NaCl
yang dikonsumsi sehari-hari dalam kuah masakan merupakan suatu kompleks. NaCl
di dalam air membentuk ion heksaaquanatrium(I), [Na(H2O)8]+.
Ion tetrakloroaluminat(III) [AlCl]‾, Be(NO3)2.4H2O
dan BeSO4.4H2O yang mengandung ion komplek
tetraaquaberilium, [Be(H2O)4]2+, merupakan
beberapa senyawa kompleks yang dibentuk dari unsur-unsur bukan unsur transisi.
Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks, tidak hanya
dibuat dengan unsur transisi sebagai atom pusat, tetapi dapat pula dibuat
dengan unsur-unsur lain atau unsur-unsur logam golongan utama.
Apakah atom pusat suatu kompleks hanya
memiliki bilangan oksidasi berharga positif?
Awalnya
senyawa kompleks yang berhasil disintesis selalu memiliki bilangan oksidasi
yang berharga positif. Berikut adalah beberapa contoh senyawa kompleks dengan
bilangan oksidasi ion pusat berharga positif.
Keterangan: b.o = bilangan oksidasi
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa atom pusat suatu kompleks tidak
harus memiliki bilangan oksidasi yang harganya positif. Atom pusat suatu
kompleks dapat memiliki bilangan oksidasi nol dan negatif. Berikut adalah
contoh kompleks dengan bilangan oksidasi nol dan harga bilangan oksidasi
negatif.
Keterangan: b.o = bilangan oksidasi
Catatan: CO adalah ligan karbonil, Cp
ligan siklopentadienil dan NO adalah ligan nitrosil. Ketiga ligan tersebut
merupakan ligan netral.
2.6 SENYAWA ADISI
Suatu senyawa adisi atau senyawa molekular terbentuk jika sejumlah
stoikiometris dua atau lebih senyawa yang stabil direaksikan dan bergabung
membentuk suatu senyawa yang baru. Pembentukan sejumlah senyawa adisi diberikan
dalam beberapa contoh berikut :
KCl + MgCl2 + 6H2O à KCl.MgCl2.6H2O
carnallite
K2SO4 + Al2(SO4)3 +
24H2O à K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O
kalium alum
CuSO4 + 4NH3 + H2Oà CuSO4.4NH3.H2O
tetraammintembaga(II) sulfat monohidrat
(NH4)2SO4 + FeSO4 +
6H2Oà FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O
Garam
Mohr
` Fe(CN)2 + 4KCN à Fe(CN)2.4KCN
kalium ferosianida
Ada dua jenis senyawa adisi:
1. Garam Rangkap
Suatu garam rangkap cukup stabil dalam fase padatannya. Jika garam
rangkap ini dilarutkan dalam air, maka garam ini akan terurai menjadi ion-ion
penyusunnya.Misalnya jika kristal carnallite dilarutkan dalam air, maka dalam
larutan akan terdapat ion-ion penyusun kristal karnalit tersebut, yaitu K+,
Mg+, dan Cl-.
Berbeda dengan garam
rangkap, jika garam kompleks dilarutkan ke dalam air, garam tersebut tidak akan
terurai menjadi ion-ion sederhana dari unsur penyusunnya, tetapi terionisasi
menjadi ion-ion kompleks. Misalnya saja jika senyawa CuSO4.4NH3.H2O
dilarutkan dalam air, maka senyawa tersebut tidak akan terurai menjadi ion Cu2+,
tetapi akan menghasilkan spesi terlarut berupa ion kompleks [Cu(H2O)2(NH3)4]2+ yang
stabil. Senyawa-senyawa yang mengandung ion kompleks semacam ini disebut
sebagai senyawa kompleks.
Sifat-sifat kimiawi dari suatu senyawa kompleks
ditentukan oleh konfigurasi elektron dari logam pusat, sifat-sifat ligan, dan
interaksi yang terjadi antara logam dengan ligan.
Reaksi substitusi adalah reaksi di mana 1 arau lebih ligan dalam
suatu kompleks digantikan oleh ligan lain. Karena ligan memiliki pasangan
elektron bebas sehingga bersifat nukleofilik (menyukai inti atom), maka reaksi
tersebut juga dikenal sebagai reaksi substitusi nukeofilik (SN).
Mekanisme reaksi diawali dengan pemutusan salah satu ligan, ini
berlangsung lambat sehingga merupakan tahap penentu reaksi (rate determining
step). Dengan demikian konstanta laju reaksi (k) hanya dipengaruhi oleh jenis
kompleks dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh jenis ligan pengganti.
Mekanisme reaksi :
Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun
pembentukan ikatan. Pada saat ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti
sudah hampir putus sudah terjadi pembentukan ikatan (walaupun sangat lemah)
antara ion pusat dengan ligan pengganti. Dengan demikian tahap penentu utama
laju reaksi adalah pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti dan
hanya sedikit dipengaruhi oleh pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan
pengganti. Harga k terutama ditentukan oleh jenis ion kompleks, namun jika
jenis ligan pengganti divariasi ternyata memberikan sedikit pengaruh seperti
tersaji pada tabel berikut :
Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan
ikatan. Pada saat ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti baru mulai
melemah sudah terjadi pembentukan ikatan yang sudah hampir sempurna antara ion
pusat dengan ligan pengganti. Dengan demikian tahap penentu utama laju reaksi
adalah pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti dan hanya
sedikit dipengaruhi oleh pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan
terganti.
Mekanisme reaksi diawali dengan pembentukan ikatan yang sempurna
antara ion pusat dengan ligan pengganti, dilanjutkan dengan pemutusan ligan
terganti. Dengan demikian zantara (intermediate) merupakan kompleks koordinasi
5. Konstanta laju reaksi (k) dipengaruhi baik oleh jenis kompleks maupun oleh
jenis ligan pengganti.
Contoh :
Reaksi substitusi pada kompleks oktahedral pada umunya berlangsung
melalui mekanisme SN1 dan SN1-lim (mekanisme disosiatif), sedang
substitusi pada kompleks bujursangkar pada umunya berlangsung melalui
mekanisme SN2 dan SN2-lim (asosiatif). Hal ini dapat dipahami mengingat
kompleks koordinat 6 sudah cukup crowded dan tidak ada tempat lagi bagi ligan
pengganti untuk bergabung sehingga dihasilkan kompleks koordinat 7. Adapun
untuk kompleks bujursangkar masih tersedia ruangan yang cukup longgar bagi
ligan pengganti untuk bergabung membentuk intermediate berupa kompleks
koordinat 5.
2 Reaksi Redoks
Mekanisme bola dalam juga disebut mekanisme perpindahan
ligan karena perpindahan elektron dalam reaksi ini juga disertai
dengan perpindahan ligan. Selain itu juga dikenal sebagai mekanisme
jembatan ligan karena kompleks teraktivasinya merupakan kompleks
dimana ligan yang akan berpindah menjembatani dua ion pusat reaktan. Mekanisme
ini terjadi antara dua kompleks di mana kompleks yang 1 innert dan yang lain
labil.
b. Mekanisme bola luar
(outer sphere mechanism)
Dalam mekanisme ini hanya terjadi perpindahan electron dan tidak
disertai dengan perpindahan ligan, sehingga juga dikenal sebagai mekanisme
perpindahan electron. Mekanisme ini terjadi dalam reaksi antara 2 kompleks yang
inert.
Contoh :
V.3 Pengaruh Trans
Dalam reaksi substitusi pada kompleks platinum teramati bahwa laju
reaksi sangat dipengaruhi oleh sifat gugus yang berada pada posisi trans dari
ligan terganti. Ligan-ligan dapat diurutkan berdasarkan ”pengaruh trans”, yaitu
kemampuan melabilkan ligan lain yang berada pada posisi trans untuk siap
digantikan. Dalam daftar berikut ligan diurutkan mulai dari yang memiliki
”pengaruh trans” paling kuat, : CO, CN-, C2H4 >
PR3, H-, RO > CH3-, SC(NH2)2 >
C6H5, NO2-, I-, SCN- >
Br- > Cl- > NH3, Py, RNH2,
F- > OH- > H2O.
Contoh :
Penjelasan :
- Pada penambahan
pertama, NH3 menggantikan Cl di sembarang posisi
NH3 NH3 NH3 NH3 NH3 Cl
Penjelasan :
- Pada penambahan pertama, Cl menggantikan NH3 di
sembarang posisi
dari
postingan saya ini, saya memiliki sebuah pertanyaan, suatu senyawa kompleks
umumnya dibuat dari unsur transisi, lalu dapatkah kita membuat senyawa kompleks
dari selain (yang bukan) unsur transisi? jelaskan dan berikan contohnya?